Jumat, 23 September 2011

Prajurit Metal Mengepung Alun - alun Keraton Solo


 Ribuan orang, yang sebagian besar laki-laki, berkumpul di alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta. Mereka tengah menikmati entakan musik cadas dari band metal yang suaranya memekakkan telinga.

Penampilan mereka hampir sama. Kaos dan celana jins panjang atau celana pendek hitam, sepatu kets hitam, anting-anting di telinga atau hidung. Untuk gaya rambut, lebih bervariasi. Ada yang dibiarkan panjang tak beraturan, panjang gimbal, atau dibentuk layaknya gaya rambut kelompok punk.

Ribuan orang tersebut antusias mendengarkan permainan musik grup metal dalam ajang Rock in Solo Heritage Metal Fest 2011 yang dimulai sejak Sabtu, 17 September 2011 siang hingga tengah malam. Menurut ketua penyelenggara, Stephanus Adjie, ribuan orang penggila musik metal tersebut layaknya prajurit metal.


“Jika di masa lalu alun-alun utara berfungsi untuk membariskan prajurit saat akan berangkat perang, maka kali ini untuk membariskan prajurit metal yang menggandrungi musik rock,” ujarnya, Sabtu, 17 September 2011 di sela-sela penyelenggaraan.

Sebanyak 36 band beraliran metal mengguncang warga Solo dalam ajang Rock in Solo, yang kali ini masuk gelaran kelima. Grup musik cadas yang tampil seperti Death Angel, band metal asal California, Amerika Serikat, yang sudah malang melintang sejak 1982.

Lantas ada juga Kataklysm (Kanada), Deranged (Swedia), Enforce (Australia), Oathean dan Ishtar (Korea Selatan). Sedangkan dari Indonesia yang akan unjuk gigi adalah band metal Burgerkill, Gigantor, Suri, Rajasinga, dan sebagainya.

Panitia menyiapkan empat panggung di sisi tenggara, barat daya, barat laut, dan timur laut. Di awal-awal acara, band yang tampil berasal dari Solo, seperti Death Stimble, Blood Diamond, dan Never Again. Sore hari, band mancanegara, seperti Ishtar dan Deranged, unjuk gigi.

Dan puncaknya pada malam hari, Death Angel menutup Rock in Solo 2011 dengan penampilan mereka selama satu jam mulai pukul 22.00.

Salah seorang penggemar musik rock, Doni Raditya, rela datang jauh-jauh dari Kediri demi menyaksikan Rock in Solo. “Kami datang dengan satu bus dan satu mobil. Ada 70 orang yang datang ke Solo,” katanya.

Menurutnya, pergelaran seperti Rock in Solo ini tidak boleh dilewatkan oleh penggemar rock seperti dia dan kawan-kawannya. Sebab, pentas musik rock di Kediri biasanya skala lokal. “Kalau Rock in Solo boleh dibilang salah satu yang terbesar di Indonesia,” jelasnya, yang berniat menyaksikan sampai acara selesai.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons