Front Pembela Islam (FPI) menolak disebut sedang “mengincar” penganut dan pergerakan musik underground sebagaimana pernah diberitakan salah satu koran nasional berbahasa Inggris.
Menurut FPI, berita ini merupakan berita fitnah yang sangat menyesatkan umat.
Sebagaimana diketahui, belum lama ini, koran berbasa Inggris, Thejakartapost, Senin, (21/3) sempat menulis berita berjudul, “FPI sets its eyes on underground music” yang di muat di halaman headline.
Dalam tulisan itu, disebutkan, FPI berniat mengadakan perlawanan terhadap musik underground yang belakangan memunculkan beragam pernyataan, tudingan, kecaman, pro dan kontra, tidak lama setelah berita ini di publish ke dunia maya.
Dituliskan bahwa anggota senior FPI yang dinilai sebagai ahli musik Islam, yang bernama Budi Fahri Farid menduga adanya gerakan mengaburkan ajaran Islam dengan berbagai aliran musik underground. Padahal nyatanya, tak ada orang bernama tersebut di jajaran FPI.
“Sepanjang Struktur Organisasi DPP – FPI dari dulu hingga kini tidak pernah ada yang bernama Budi Fahri Farid ahli musik Islam seperti yang disebutkan,” demikian bantahan pihal FPI sebagaimana dimuat di laman resminya, fpi.or.id, Kamis (31/3) pagi.
Juga dijelaskan di laman tersebut, FPI mengakui mengadakan seminar mengenai realita perang pemikiran di komunitas musik undergroundyang berlangsung saat pengajian rutin rabu malam (16/3), di Majlis Ta’lim Silaturahmi Al-Jabhah yang bertempat di Mesjid Al-Ishlah Jl. Petamburan Raya 3 Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Namun seminar ini bukan bermaksud untuk mengajak umat untuk memberikan perlawanan terhadap musik underground, seperti yang dituliskan “The Jakarta Post”, demikian tulis pernyataan FPI.
“Justru sebaliknya, yang disampaikan dalam seminar ini adalah sejumlah paparan informasi bahwa musik underground saat ini sebagian didominasi oleh intrik Zionis namun hal ini juga menjadi pemicu beberapa komunitas musik underground untuk bangkit dan berbalik melawan konspirasi Zionis lewat musik underground.”
Anti tesis Zionis
Dalam seminar ini menghadirkan pembicara dari Komunitas GHURABBA MILITANT TAWHEED, sebuah komunitas musik underground yang menjadikan musik sebagai sarana dan alat dakwah untuk menyampaikan Islam ke para penggemar musik cadas di komunitas tersebut, yang dipelopori oleh band Rock indie label The Roots Of Madinah. Pembicara tersebut adalah Thufail Al-Ghifari salah satu rapper yang cukup dikenal di komunitas underground dan hiphop lokal sekaligus vokalis dari band The Roots Of Madinah.
Thufail Al-Ghifari ketika itu mengupas mengenai musik underground yang pada awalnya lahirnya bertujuan sebagai kontra kultur dalam industri musik mainstream yang telah banyak berkembang, namun saat ini aliran musik ini justru ditunggangi oleh Zionis dengan menjauhkan pemuda-pemuda dari sendi kehidupan agamanya melalui pengidolaan figur figur yang kontra islam, dan syair syair lagu yang mendoktrin pemahaman kontra islam.
Thufail juga menduga beberapa dari kutipan lirik yang ada di dalam musik-musik underground saat ini, antitesis dunia tanpa agama, tanpa negara dan tanpa ideologi yang murni merupakan pesan Zionis. Dan aspek lainnya yang mencoba menggiring para pemuda Muslim untuk menjauh dari agama mereka melalui musik.
Sementara Muhammad Hariadi Nasution yang juga dikenal dengan panggilan “Ombat” vokalis dari band kawakan TENGKORAK, juga mengutip pernyataan seorang peneliti Yahudi bernama Jeremiah Walah, yang memang sangat concern melakukan penelitian terhadap watak dan psikologi masyarakat Indonesia.
Jeremiah Walah justru mengatakan secara terbuka kepada Ombat bahwa untuk menghancurkan Indonesia tidak perlu menggunakan senjata, hancurkan saja para generasi mudanya. Melalui musik metal dan film porno.
“Kalau kita menemukan anak metal lebih tersinggung ketika aliran metalnya dihina daripada agamanya, nah itulah bukti bahwa disini ada agenda Zionis,” demikian kutip Ombat sebagaimana ditulis di situs FPI.
Sejauh ini gerakan komunitas musik underground seperti GHURABBA MILITANT TAWHEED tidak sendirian, sebelumnya telah muncul pula beberapa komunitas lainnya, seperti Berandalan Puritan, One Finger Underground Movement yang digawangi Band Senior TENGKORAK yang beraliran musik Grindcore Metal, ada juga Punk Muslim yang digawangi almarhum Budi Choiruni alias Buce yang berkonsentrasi pada anak-anak punk di sekitaran Blok M dan Senayan.
Kini, gerakan lainnya juga mulai bermunculan satu persatu sebagai perlawanan kultur Zionis dalam musik underground.
“Komunitas Salam Satu Jari” bahkan lebih frontal mengubah salam metal yang identik dengan tiga jari menjadi salam tauhid satu jari yang bermakna satu jari lebih kepada ketauhidan.
”Inti dari Salam satu jari ini adalah untuk mengingatkan kita kepada simbol tauhid,” begitu penjelasan Madmor vokalis band Purgatory.
Menurut Thufail hanya dengan cara inilah mereka bisa menyadarkan kaum muda yang berkecimpung dalam dunia underground dari segala pengaruh buruk.
”Sebenarnya wadah underground ini hanya bagian dari strategi perang ideologi melalui musik menjadi wadah untuk melawan sekaligus membangun pertahanan kultur untuk menandingi perang budaya yang ingin menggeser generasi islam dari nilai nilai Islam itu sendiri,” tambahnya lagi.
Hal senada juga disampaikan Wasis Ws, Aktivis dakwah jalanan yang juga merupakan underground senior Jakarta. Ia mengingatkan bahwa semua civitas dunia underground lebih baik menanyakan langsung ke DPP FPI tentang fakta yang sebenarnya, daripada mengikuti alur bola salju yang di lemparkan oleh segelintir orang yang tak tidak ingin dakwah Islam masuk ke dunia underground.
“Gue kenal Ombat, Thufail hingga Purgatory udah lama, bahkan senior metal seperti Irfan Rotor sembiring gue kenal. Dakwah underground ini sudah ada sejak zaman Rotor. Sekarang masalahnya apa yang dirintis oleh Irfan Rotor seperti gayung bersambut, kini banyak cucu-cucu dari band rotor malah semakin berani meneriakkan Islam, harusnya kita yang Muslim bangga bukan justru menghalangi laju gerakan ini. Gue justru salut, dan civitas pengamen jalanan sangat mensupport kehadiran orang – orang seperti ini. Dulu gue jarang ngeliat pengajian di jalanan, tapi pas gue ketemu yang namanya Punk Muslim. Anak – anak jalanan justru bisa ngerasain belajar al Qur’an di pinggir trotoar, di samping terminal sampai sholat isya berjamaah di sebuah acara underground,” ujar Wasis.
Wasis juga yakin bahwa isu pembubaran Undeground oleh FPI itu adalah berita fiktif dan tidak bertanggung jawab.
Silaturahmi
Sebelum ini, , perwakilan dari FPI Ustadz Tarmidzi, juga sudah menerima silahturahim dari perwakilan band– band senior dari komunitas Underground. Seperti Fahmi yang merupakan salah satu personel dari band Mortus.
Menurut pengakuan Fahmi, kehadiran dia juga mewakili komunitas studio Bendera Kuning yang didirikan oleh salah satu personel band Underground senior Betrayer. Fahmi sudah mendapatkan penjelasan langsung bahwa tidak ada rencana pembubaran Underground dari FPI.
Menurut Tarmidzi, isu FPI ‘mengincar’ peminat musik Underground hanyalah berita palsu dan tidak memiliki dasar yang kuat.
“FPI tidak memerangi underground, yang FPI perangi adalah kemaksiatan. Di mana ada pornografi, alkoholik, dan ide ide liberalisme lainnya, maka FPI akan konsisten melakukan perlawanan minimal mensupport siapa saja yang melakukan perlawanan terhadap hal hal seperti itu, jadi isu FPI akan membubarkan Underground adalah berita bohong,” ujarnya.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar