Para srikandi pun tidak kalah indah saat bermain di ranah genre yang keras itu. Kualitas musik racikan mereka juga tak kalah menggaung. Kondisi ini juga memberi sumbangsih telah terjadinya persaingan sehat pada ranah musik dalam lima tahun terakhir.
"Ini yang membuat perempuan sekarang semakin maju. Bahkan, sudah banyak yang menggeluti band sebagai profesi," ujar vokalis Queen-fireworks Saira Syaharani Ibrahim di Jakarta, pertengahan pekan ini.
Lewat era keterbukaan, ada nuansa yang berbeda. Bahkan, musisi perempuan telah mengalami ketenaran yang menggila. Keberadaan musisi perempuan pun tidaklah sulit ditemukan sekarang. Sebut saja, Prisa Adinda Arini Rianzi.
Ia begitu menguasai permainan gitar secara apik. Musik beraliran metal yang ia hasilkan dari senar gitarnya merupakan hasil inspirasi dari beberapa idola kelompok musik dunia.
Di antaranya, God Forbid, Trivium, Shadows Fall, Lambof God, Killswitch Engage, Mega-deth, Slayer, The Black Dahlia Murder, dan Unearth.
Gadis kelahiran Jakarta 6 Januari 1988 itu sempat terpilih menjadi gitaris band Sheila On 7 sebagai additional player untuk promo album SO7 di bulan Juli 2006. Begitu pula Prisa, juga sempat menjadi gitaris J-Rock untuk lagu Kan Curi Lagi pada Agustus 2007.la pun langsung melejit sehingga ia lebih fokus bermusik secara profesional. Pada Juli 2008, Prisa langsung merilis album solo perdananya bertajuk Prisa.
Tak berbeda jauh dengan Tashea Nicole Delaney. Bermula saat mendengarkan musik metal di waktu luangnya, ia pun jatuh hati. Beberapa band classic rode seperti Led Zeppelin, Skid Row, hingga Motley Cme, ia pelajari. Tak ayal, ciri khas musiknya sangat kental dengan corak metal.
Gitaris kelahiran Jakarta 10 Juli 1988 ini pun belajar secara autodidak. Barulah pada 2003, ia mendirikan band Painkiller melalui dapur rekaman berla-bel indie.
Warna musik gitaris berdarah Texas-Medan itu bisa didengar dalam album kompilasi Metalik Klinik 9. Pada 2008, Tashea didaulat menjadi mentor lagu berbahasa Inggris milik band Radja. Ia pun turut menjadi model video klip Saina-Sanw Suka milik lan Kasela.
Gitaris lainnya, yaitu Josephine Soegijanty alias Jojo Draven. Memang, nama Jojo kurang dikenal di Tanah Air ketimbang di luar negeri. Me-mulai karier menjadi keyboardist beberapa band rock.
Namun, ia harus hijrah ke Amerika Serikat untuk menggeluti ilmu musik di Musicians Institute, Hollywood, California,
Pada 1996, Jojo bergabung dengan bond cewek. Phantom Blue. Ia menggunakan nama aslinya, Josephine, hingga akhirnya pada 2001 band ini bubar. Jojo kembali bangkit sekaligus menggandeng pemain drum Linda McDonald, vokalisjenny Warren, basis Melanie Sisneros, dan gitaris Sara Marsh (mantan personel Bandit) membentuk sebuah tribute band bernama The Iron Maidens.
Kelompok ini merupakan band tribute perempuan satu-satunya di dunia kepada Iron Maiden. Di band ini, ia menjadi Adrienne Smith, versi wanita gitaris Iron Maiden, Adrian Smith. Jojo juga pernah meraih Rock City Awards sebagai best female guitarist.
Perkembangan
Tak dipungkiri, perkembangan perempuan di kancah musik cadas dari rock hingga metal terus berkembang. Namun, siapakah penyanyi rock perempuan pertama di Indonesia?
Pertanyaan ini masih sulit dijawab. Mungkin, Sylvia Saartje dapat menjadi jawabannya. Ia sudah terkenal sebelumistilah lady rockers naik daun di dasawarsa 1980-an. Saat itu, sederet sosok bisa dihitung.
Sebut saja Nicky Astria, Nike Ardilla (alm), Mel Shandy, Yosie Lucky, Ayu Laksmi, hingga Atiek CB, yang begitu tersohor.
Sylvia adalah penyanyi rock berdarah Maluku-Belanda. Suara maestro kelahiran 15 September 1957 di Amhem, Belanda, ini sangat melengking.
Bagi penggemar rock era 1970-an, Sylvia-kerap disapa Jippie-memiliki suara yang berkarisma. Tak mengherankan jika ia bisa bersaing di panggung rock yang saat itu lebih didominasi para pemusik lelaki.
Kini, musisi perempuan tidak bisa disepelekan lagi. Beberapa nama seperti Cameria Happy Pramita (The Virgin), Swasri Sabdastantr (Kotak), Qotrun-nada Fitriana (SHE), hingga Tjut Faranissa Bachrumsyah (Omelette) patut mendapatkan apresiasi.
Para perempuan ini membuktikan, ranah rock di Tanah Air telah menjadi milik bersama. Kritikus musik Denny Sakrie menilai keberadaan musisi perempuan telah mengalami kemajuan. Apalagi, tidak sedikit yang sudah menjadikan musik rock hingga metal sebagai pekerjaan.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar