MEREKA –Mbeng Danza [vokal], Fey 13 [gitar], Afryant 13 [bass], dibantu Bryan Wiiliam [drum]—menamakan dirinya The Corals [kependekkan dari The Coorporation Of Rock And Loud Spreader]. Band yang menyebut alirannya sebagai stoner rock. Buat kamu yang kebingungan apa itu stoner rock, mungkin bisa saya kasih gambaran.
Stoner rock [atau stoner metal] adalah sebuah subgenre dari heavy metal yang menggabungkan unsur psychedelic rock , blues-rock , heavy metal tradisional dan doom metal. Tipikal musik stoner rock biasanya lambat di pertengahan tempo dan fitur-tuned gitar rendah, suara bass berat, dan vokal melodius. Genre ini muncul pada awal 1990-an dipelopori di California oleh band Fu Manchu, Kyuss, Monster Magnet & Sleep.
Dan The Corals merilis EP –mini album—bertajuk Terbelenggu Depresi yang mereka sebut album stoner rock. Band lain yang mengklaim sebagai pengusung aliran ini adalah Suri. Tapi benarkah mereka adalah dedengkot yang memilih area stoner rock ini dalam arti yang sesungguhnya?
Merujuk pada definisinya, The Corals sebenarnya masih menyimpang dari sebutan stoner rock. Saya setuju kalau lirik The Corals seperti Janji Sang Pembual, atau Terbelenggu Depresi, serta Romantika Dunia Maya, adalah lirik psychedelic. Karena mereka bertutur dengan cara gelap dan lirik yang memprovokasi pendengarnya untuk larut. Tapi vokal melodius? Hmmm, saya harus mengatakan tidak untuk karakter vokal Mbeng.
Cowok asal Bekasi ini masih menjadi bagian dari heavy metal dengan besutan speed music dan vokal yang masih terkesan main-main di pattern metal saja. Seperti pada track Janji Sang Pembual. Band ini langsung menyorongkan sound gitardi muka. Bass-nya kurang impressif, meski vokalnya bisa didengar lirik demi liriknya dengan jelas. Mbeng lebih cenderung marah, ketimbang menyanyi dan memprovokasi pendengarnya untuk jadi 'pengikutnya'.
Saya malah agak terganggu dengan track Realita Kota. Band ini tampaknya kudu bisa mengatur tempo lagu dan musiknya. Kehebatan musisinya bisa jadi buruk, ketika koordinasi hati, skill dan inter-personil kurang kuat. Lagu ini, tidak saya nikmati dengan apik. Melelahkan saat band ini bermain tanpa tempo, maunya hajar cepat. Pliss deh, kalian bisa bermain jauh lebih bagus dari situ.
Benar, kalau Mbeng disebut mencoba menyanyi dan bergerak cepat, tapi tetap memfungsikan lirik sebagai jualan lagu selain musikalitasnya. Kalau tipikal musik ini biasanya musisi tidak harus jago bikin lirik, karena toh tidak ada yang dengerin mereka bicara apa. Kelebihan band ini, lirik meletup dan tetap bisa disimak pesan-pesannya. Screamo Mbeng masih bisa dinikmati.
Yang saya suka dari band ini, mainnya –paling tidak dalam CD—rapi. Kemudian tidak terjebak pada homogenitas lirik. Ketika semua band –bahkan band yang disebut rock sekalipun—membuat lirik tentang cinta, The Corals memprotes dunia sekitarnya dengan lirik yang to the point. Menariknya lagi, pesan itu ternyata sampai pada fans-nya.
Mini album Terbelenggu Depresi ini bukan album terbaik di area ini, tapi kenekatan mereka bersejajar dengan band-band yang sudah merilis album atau EP, jelas bukan perkara asal-asalan. Yang perlu diperhatikan, pilihan bermusiknya harus konsisten. Kalau kelak “melacur” dengan genre yang berbeda lagi, berarti itu tanda-tanda band ini memang setengah matang saja.
Oh ya, saya lebih suka menyebutnya psychedelic rock, meski bukan tipikal "tinggi" dulu baru berkarya apik. Masuk ke stoner rock,malah belum nyampe nih. Kuncinya: konsisten!Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar